TUGAS MAKALAH
“ AScaris lumbricoides ”
OLEH
KELOMPOK II
1.
DEDI ROSHA ( AK. 11. 014 )
2.
EVAN SARANANI ( AK. 11. )
3.
GEORNALISTA
VALENTINA LAOH FANUMBI( AK. 11. 020)
4.
IKRA NEGARA ( AK. 11. 024)
5.
IKA ANGGRIANI ( AK. 11. 026)
6.
JUSTIN ( AK. 11. 038)
7.
MAISYAH FITRI ( AK. 11. 044)
8.
MIHRAWATI ( AK. 11. 048)
9.
MUHAMMAD
ROBBERT ( AK. 11. )
10. NONA MEGA ASTUTI (
AK. 11.062)
11. NUR QAMARIAH ( AK. 11. 066)
12. SARTIKA ( AK. 11. 080)
13. SITI SABAR LAMBILI ( AK. 11.012)
14. SUHARNO ( AK. 11. )
15. SUSI RAHMAWATI (
AK. 11.086)
AKADEMI ANALIS KESEHATAN
YAYASAN BINA HUSADA
KENDARI
2012
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang kami harapkan.
Makalah PARASITOLOGI mengenai helmintologi (berupa cacing) yang
dispesifikasikan pada Ascaris lumbricoides, merupakan bahasan yang
akan kami uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah parasitologi, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar bertambahnya
wawasan kami mengenai parasit, terutama parasit pada kesehatan manusia.
Semoga apa yang kami persembahkan
dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan prestasi belajar para mahasiswa
khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Kami mohon maaf bila ada kesalahan, oleh
karena itu saran yang baik sangat kami harapkan bagi para mahasiswa guna
meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.
Kendari, 5 april 2012
ttd
( Penulis )
Daftar isi
Halaman judul…………………………………………………………………….….
1
Kata Pengantar.............................................................................................................
2
Daftar isi…………………………………………………………………….......….…3
BAB I. Pendahuluan
- Latar belakang…………………………………………………….......………4
- Rumusan masalah………………………………………………….......……...4
- Tujuan..............................................................................................................4
BAB II. Pembahasan
1.1 Pengertian ……………………………………………………….......……….5
2.1 Siklus
Hidup……………………………………………………...........……..6
3.1 Morfologi dan Lingkungan hidup....…………………………………...…….7
4.1 Epidemiologi ……………………………………………………….…...……8
5.1 Patologi
klinik.............................................................................................8
6.1 Diagnosa …………………………………………………………....………...9
7.1 Pengobatan…………………………………………………………….....……9
BAB III
. Penutup
A.
Simpulan.....................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
Daftar Pustaka…………………………………………………………….........12
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah
kesehatan, salah satu diantaranya ialah cacing gelang yang ditularkan melalui
tanah. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi,
kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak
menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein
serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada
golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit
ini. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:1).
B.
Rumusan masalah
1) Pengertian Ascaris
lumbricoides
2) Siklus Hidup Ascaris
lumbricoides
3) Morfologi dan Lingkungan Hidup Ascaris lumbricoides
4) Epidemiologi Ascaris lumbricoides
5) Patologi Klinik
Ascaris lumbricoides
6) Diagnosa Ascaris
lumbricoides
7) Pengobatan Ascaris
lumbricoides
C. Tujuan
Memahami
Pengertian Ascaris lumbricoides,
siklus hidup, morfologi dan lingkungan hidup Ascaris lumbricoides, Epidemiologi
Ascaris lumbricoides. Diagnosa
pada umumnya, Serta cara pengobatan ataupun terapi untuk penderita cacing Ascaris lumbricoides.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Ascaris lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan cacing gelang
merupakan salah satu cacing yang merugikan bagi manusiadari kelas Nematoda
dalam Filum Nemathelminthes. Ascaris lumbricoides hidup di dalam tubuh
tepatnya di dalam usus halus. Ascaris lumbricoides hidup di dalam usus
halus karena di dalam usus halus cacing perut ini dapat memperoleh makanan
dengan mudah. Ascaris lumbricoides masuk ke dalam tubuh melalui makanan
yang telah terkontaminasi telur cacing perut.
Telur cacing perut keluar bersama
feses, ketika telur cacing tersebut berada di makanan dan makanan itu kita
makan maka kemungkinan besar cacing ini akan tumbuh di dalam tubuh kita.
Setelah telur masuk ke dalam tubuh, telur akan menetas dan akan menjadi cacing
ke dalam usus halus. Karena ukurannya yang microscopis, maka cacing ini dapat
menembus dinding-dinding usus, jalan terus hingga ke paru-paru. Sampai
paru-paru cacing perut ini terus berjalan ke trakea lalu kembali lagi ke dalam
usus halus melalui esofagus.
2.1
Siklus Hidup
Bentuk infektif bila tertelan oleh manusia dengan menetas diusus halus.
Larvanya akan menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran
limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru,
larva yang ada di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus
masuk rongga alveolus kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan
bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga akan menimbulkan
rangsangan pada faring. Selanjutnya larva akan masuk ke saluran pencernaan dan
di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa akan melakukan
perkawinan sehingga cacing betina akan gravid dan bertelur. Telur cacing akan
bercampur dengan faeces manusia. Pada saat buang air besar telur keluar bersama
faeces dan berada di alam (tanah) untuk menjadi matang. Telur matang tertelan
kembali oleh manusia melalui makanan yang terkontaminasi telur. Satu putaran
siklus hidup Ascaris lumbricoides
akan berlangsung kurang lebih selama dua bulan.
3.1 Morfologi dan Lingkungan Hidup
Cacing Ascaris lumbricoides memiliki 2 stadium
dalam perkembangannya, yaitu :
1. Telur : telur fertil,
infertil dan yang telah mengalami dekortikasi
2. Bentuk dewasa.
Stadium telur spesies ini
berbentuk bulat oval dan ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x 35 – 50
mikron. Telur Ascaris lumbricoides
sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif tebal dengan bagian
luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun atas tiga lapisan,
yaitu :
a. Lapisan luar yang tebal
dari bahan albuminoid yang bersifat impermiabel.
b. Lapisan tengah dari
bahan hialin bersifat impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk telur )
c. Lapisan paling dalam
dari bahan vitelline bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis sel telurnya.
Telur cacing
ini sering ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu telur fertile (dibuahi) dan
telur yang infertile (tidak dibuahi). Telur fertil yang belum berkembang
biasanya tidak memiliki rongga udara, tetapi yang telah mengalami perkembangan
akan didapatkan rongga udara. Pada telur fertile yang telah mengalami
pematangan kadangkala mengalami pengelupasan dinding telur yang paling luar
sehingga penampakan telurny tidak lagi berbenjol-benjol kasar melainkan tampak
halus. Telur yang telah mengalami pengelupasan pada lapisan albuminoidnya
tersebut sering dikatakan telah mengalami proses dekortikasi. Pada telur ini
lapisan hialin menjadi lapisan yang paling luar.
Telur infertil; bentuknya
lebih lonjong, ukuran lebih besar, berisi protoplasma yang mati sehingga tampak
lebih transparan.
Pada stadium dewasa,
cacing spesies ini dapat dibedakan jenis kelaminnya. Biasanya jenis betina
memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan jantan. Pada bagian kepala
(anterior) terdapat 3 buah bibir yang memiliki sensor papillae, satu pada
mediodorsal dan 2 buah pada ventrolateral. Diantara 3 bibir tersebut terdapat
bucal cavity yang berbentuk trianguler dan berfungsi sebagai mulut. Jenis
kelamin jantan memiliki ukuran panjang berkisar antara 10 – 30 cm
sedangkan diameternya antara 2 – 4 mm. Pada bagian posterior ekornya melingkar
ke arah ventral dan memiliki 2 buah spikula. Sedangkan jenis kelamin betina
panjang badannya berkisar antara 20 – 35 cm dengan diameter tubuh antara 3 – 6
mm. Bagian ekornya relatif lurus dan runcing.
Gambar telur Cacing Ascaris lumbricoides :
4.1Epidemiologi
Infeksi yang disebabkan oleh cacing Ascaris
lumbricoides disebut Ascariasis. Di Indonesia prevalensi Ascariasis
tinggi, frekuensinya antara 60% sampai 90% terutama terjadi pada anak-anak.
A. lumbricoides banyak terjadi pada daerah iklim tropis dan subtropis
khususnya negara-negara berkembang seperti Amerika Selatan, Afrika dan Asia
Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000 –
200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan yang tidak
dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai maka telur yang dibuahi akan
berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Spesies ini dapat ditemukan hampir diseluruh dunia,
terutama didaerah tropis dengan suhu panas dan sanitasi lingkungan jelek. Semua
umur dapat terinfeksi jenis cacing ini. Anak kecil yang sering bermain
dengan tanah akan berpeluang besar untuk terkontaminasi oleh telur cacing, mengingat
telur cacing ini mengalami pematangan di tanah. Dengan demikian perlu
diperhatikan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan sekitar tempat bermain
anak.
5.1 Patologi Klinik
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva
maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris
dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom
Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia,
dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang
selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus
cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan,
muntah-muntah, diare,
konstipasi,
dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat
menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa
kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen
maka dapat menyebabkan akut abdomen.
6.1
Diagnosa
Diagnosa pasti untuk Askarisasis yaitu dengan cara
menemukan telur cacing dewasa pada feses. Metode-metode yang digunakan dalam
pemeriksaan feses ada dua cara, yaitu dengan metode langsung (dengan kaca prnutup ataupun
tidak dengan kaca penutup) dan meetode tidak langsung (dengan cara sedimentasi
atau sentrifuge, cara flotasi dengan NaCl jenuh).
Salah satu metode
pemeriksaan telur cacing selain dengan pemeriksaan tinja yang diagnosis, dapat
pula dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut (berupa
muntahan) ataupun kotoran atau tinja.
7.1
Pengobatan
Pengobatan dengan farmasi
Pengobatan
askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat,
mebendazol,albendazol, piperasin
Pengobatan tradisional
Beberapa hasil studi terbaru
dalam literature medis yang mengusulkan benihsemangka dan papaya yang dijemur
dibawah terik matahari dapat mengurangiinfeksi cacing. Pada orang dewasa
diberikan dosis satu sendok makan benih yangdicampur dengan gula dalam satu
gelas air satu kali seminggu selama duaminggu. Gula memberikan rasa pahit yang
bertindak sebagai obat pencuci perut.
BAB III
Penutup
A. Simpulan
Ascaris lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan cacing gelang
merupakan salah satu cacing yang merugikan bagi manusiadari kelas Nematoda
dalam Filum Nemathelminthes. Hospes parasit ini adalah manusia. Telur cacing Ascaris lumbricoides yang berada pada
makanan ataupun tangan yang tidak bersih, akan masuk ke dalam tubuhdan tumbuh
berkembang hingga dewasa di dalam usus manusia. Cacing Ascaris lumbricoides memiliki 2 stadium
dalam perkembangannya, yaitu :
1. Telur : telur fertil,
infertil dan yang telah mengalami dekortikasi
2. Bentuk dewasa.
Stadium telur spesies ini
berbentuk bulat oval dan ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x 35 – 50
mikron. Telur Ascaris lumbricoides
sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif tebal dengan bagian
luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun atas tiga lapisan,
yaitu :
a. Lapisan luar yang tebal
dari bahan albuminoid yang bersifat impermiabel.
b. Lapisan tengah dari
bahan hialin bersifat impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk telur )
c. Lapisan paling dalam
dari bahan vitelline bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis sel telurnya.
Di Indonesia
prevalensi Ascariasis tinggi, frekuensinya antara 60% sampai 90% terutama
terjadi pada anak-anak. Diagnosa pasti untuk
Askarisasis yaitu dengan cara menemukan telur cacing dewasa pada feses.
Pengobatan untuk seseorang yang mengidap penyakit cacingan Ascaris, dapat dilakukan pengobatan secara farmasi maupun
tradisional.
B. Saran
- Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan).
- Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
- Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
- Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
- Bila sudah terjadi infeksi Ascaris lumbricoides maka penderita harus segera di beri obat cacingan atau segera di bawa ke dokter untuk tindakan lebih lanjut.
- Dan yang terpenting, jagalah higiene masing-masing personal serta sanitas lingkungan.
Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_tambang
http://www.scribd.com/search?cat=cacing+tambang&sq=Search#913
http://www.pdf-search-engine.com/cacing-tambang-pdf.html
http://www.scribd.com/doc/13758753/ASCARIS-LUMBRICOIDES
http://id.wikipedia.org/wiki/Askariasis
http://www.metapathogen.com/hookworm/humanhookworms/
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/ascariasis.htm
http://aditya-pandhu.blogspot.com/2010/04/ascaris-lumbricoides-cacing-perut.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Ascaris_lumbricoides
http://www.metapathogen.com/roundworm/
0 komentar:
Posting Komentar