Kamis, 02 Mei 2013

MAKALAH ASCARI LUMBRICOIDES

Diposting oleh Maisyah di 14.52
TUGAS MAKALAH
 “ AScaris lumbricoides ”











OLEH
KELOMPOK II
1.        DEDI ROSHA                                                  ( AK. 11. 014 )
2.        EVAN SARANANI                                         ( AK. 11.        )
3.        GEORNALISTA VALENTINA LAOH FANUMBI( AK. 11. 020)
4.        IKRA  NEGARA                                              ( AK. 11. 024)
5.        IKA ANGGRIANI                                           ( AK. 11. 026)
6.        JUSTIN                                                              ( AK. 11. 038)
7.        MAISYAH FITRI                                             ( AK. 11. 044)
8.        MIHRAWATI                                                   ( AK. 11. 048)
9.        MUHAMMAD ROBBERT                              ( AK. 11.      )
10.    NONA MEGA ASTUTI                                   ( AK. 11.062)
11.    NUR QAMARIAH                                           ( AK. 11. 066)
12.    SARTIKA                                                         ( AK. 11. 080)
13.    SITI SABAR LAMBILI                                   ( AK. 11.012)
14.    SUHARNO                                                       ( AK. 11.      )
15.    SUSI RAHMAWATI                                       ( AK. 11.086)

AKADEMI ANALIS KESEHATAN YAYASAN  BINA HUSADA
KENDARI
2012
Kata pengantar


Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang kami harapkan.
Makalah PARASITOLOGI  mengenai helmintologi (berupa cacing) yang dispesifikasikan pada Ascaris lumbricoides, merupakan bahasan yang akan kami uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah parasitologi, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar bertambahnya wawasan kami mengenai parasit, terutama parasit pada kesehatan manusia.
Semoga apa yang kami persembahkan dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan prestasi belajar para mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Kami mohon maaf bila ada kesalahan, oleh karena itu saran yang baik sangat kami harapkan bagi para mahasiswa guna meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.


                                                                                                  Kendari, 5 april 2012



                                                                                                                 ttd
                                                                                         (      Penulis     )

Daftar isi

Halaman judul…………………………………………………………………….….  1
Kata Pengantar............................................................................................................. 2
Daftar isi…………………………………………………………………….......….…3
BAB I. Pendahuluan
  1. Latar belakang…………………………………………………….......………4
  2. Rumusan masalah………………………………………………….......……...4
  3. Tujuan..............................................................................................................4
 BAB II. Pembahasan
1.1  Pengertian ……………………………………………………….......……….5
2.1 Siklus Hidup……………………………………………………...........……..6
3.1 Morfologi dan Lingkungan hidup....…………………………………...…….7
4.1 Epidemiologi ……………………………………………………….…...……8
5.1 Patologi klinik.............................................................................................8
6.1 Diagnosa …………………………………………………………....………...9
7.1 Pengobatan…………………………………………………………….....……9
BAB III . Penutup
A. Simpulan.....................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
Daftar Pustaka…………………………………………………………….........12








BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya ialah cacing gelang yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:1).
B. Rumusan masalah
1)      Pengertian Ascaris lumbricoides
2)      Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
3)      Morfologi dan Lingkungan Hidup Ascaris lumbricoides
4)      Epidemiologi Ascaris lumbricoides
5)      Patologi Klinik Ascaris lumbricoides
6)      Diagnosa Ascaris lumbricoides
7)      Pengobatan Ascaris lumbricoides

C. Tujuan
Memahami Pengertian Ascaris lumbricoides, siklus hidup, morfologi dan lingkungan hidup Ascaris lumbricoides, Epidemiologi  Ascaris lumbricoides. Diagnosa pada umumnya, Serta cara pengobatan ataupun terapi untuk penderita cacing Ascaris lumbricoides.
BAB II
PEMBAHASAN


1.1  Pengertian

Ascaris lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan cacing gelang merupakan salah satu cacing yang merugikan bagi manusiadari kelas Nematoda dalam Filum Nemathelminthes. Ascaris lumbricoides hidup di dalam tubuh tepatnya di dalam usus halus. Ascaris lumbricoides hidup di dalam usus halus karena di dalam usus halus cacing perut ini dapat memperoleh makanan dengan mudah. Ascaris lumbricoides masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi telur cacing perut.
Telur cacing perut keluar bersama feses, ketika telur cacing tersebut berada di makanan dan makanan itu kita makan maka kemungkinan besar cacing ini akan tumbuh di dalam tubuh kita. Setelah telur masuk ke dalam tubuh, telur akan menetas dan akan menjadi cacing ke dalam usus halus. Karena ukurannya yang microscopis, maka cacing ini dapat menembus dinding-dinding usus, jalan terus hingga ke paru-paru. Sampai paru-paru cacing perut ini terus berjalan ke trakea lalu kembali lagi ke dalam usus halus melalui esofagus.










2.1 Siklus Hidup

Bentuk infektif bila tertelan oleh manusia dengan menetas diusus halus. Larvanya akan menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru, larva yang ada di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus  masuk rongga alveolus kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga akan menimbulkan rangsangan pada faring. Selanjutnya larva akan masuk ke saluran pencernaan dan di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa akan melakukan perkawinan sehingga cacing betina akan gravid dan bertelur. Telur cacing akan bercampur dengan faeces manusia. Pada saat buang air besar telur keluar bersama faeces dan berada di alam (tanah) untuk menjadi matang. Telur matang tertelan kembali oleh manusia melalui makanan yang terkontaminasi telur. Satu putaran siklus hidup Ascaris lumbricoides akan berlangsung kurang lebih selama dua bulan.

3.1 Morfologi dan Lingkungan Hidup
Cacing Ascaris lumbricoides memiliki 2 stadium dalam perkembangannya, yaitu :
1. Telur : telur fertil, infertil dan yang telah mengalami dekortikasi
2. Bentuk dewasa.
Stadium telur spesies ini berbentuk bulat oval dan ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x 35 – 50 mikron. Telur Ascaris lumbricoides sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif tebal dengan bagian luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun atas tiga lapisan, yaitu :
a. Lapisan luar yang tebal dari bahan albuminoid yang bersifat impermiabel.
b. Lapisan tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk telur )
c. Lapisan paling dalam dari bahan vitelline bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis sel telurnya.

Telur cacing ini sering ditemukan  dalam 2 bentuk, yaitu telur fertile (dibuahi) dan telur yang infertile (tidak dibuahi). Telur fertil yang belum berkembang biasanya tidak memiliki rongga udara, tetapi yang telah mengalami perkembangan akan didapatkan rongga udara. Pada telur fertile yang telah mengalami pematangan kadangkala mengalami pengelupasan dinding telur yang paling luar sehingga penampakan telurny tidak lagi berbenjol-benjol kasar melainkan tampak halus. Telur yang telah mengalami pengelupasan pada lapisan albuminoidnya tersebut sering dikatakan telah mengalami proses dekortikasi. Pada telur ini lapisan hialin menjadi lapisan yang paling luar.
Telur infertil; bentuknya lebih lonjong, ukuran lebih besar, berisi protoplasma yang mati sehingga tampak lebih transparan.
Pada stadium dewasa, cacing spesies ini dapat dibedakan jenis kelaminnya. Biasanya jenis betina memiliki ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan jantan. Pada bagian kepala (anterior) terdapat 3 buah bibir yang memiliki sensor papillae, satu pada mediodorsal dan 2 buah pada ventrolateral. Diantara 3 bibir tersebut terdapat bucal cavity yang berbentuk trianguler dan berfungsi sebagai mulut. Jenis kelamin jantan memiliki  ukuran panjang berkisar antara 10 – 30 cm sedangkan diameternya antara 2 – 4 mm. Pada bagian posterior ekornya melingkar ke arah ventral dan memiliki 2 buah spikula. Sedangkan jenis kelamin betina panjang badannya berkisar antara 20 – 35 cm dengan diameter tubuh antara 3 – 6 mm. Bagian ekornya relatif lurus dan runcing.

Gambar telur Cacing Ascaris lumbricoides :


4.1Epidemiologi
Infeksi yang disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides disebut Ascariasis. Di Indonesia prevalensi Ascariasis tinggi, frekuensinya antara 60% sampai 90% terutama terjadi pada anak-anak. A. lumbricoides banyak terjadi pada daerah iklim tropis dan subtropis khususnya negara-negara berkembang seperti Amerika Selatan, Afrika dan Asia
Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang dibuahi  dan yang tidak dibuahi.   Dalam lingkungan yang sesuai maka telur yang dibuahi akan berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Spesies ini dapat ditemukan hampir diseluruh dunia, terutama didaerah tropis dengan suhu panas dan sanitasi lingkungan jelek. Semua umur dapat terinfeksi jenis cacing ini. Anak kecil yang sering  bermain dengan tanah akan berpeluang besar untuk terkontaminasi oleh telur cacing, mengingat telur cacing ini mengalami pematangan di tanah. Dengan demikian perlu diperhatikan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan sekitar tempat bermain anak.

5.1 Patologi Klinik
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.

6.1 Diagnosa
Diagnosa pasti untuk Askarisasis yaitu dengan cara menemukan telur cacing dewasa pada feses. Metode-metode yang digunakan dalam pemeriksaan feses ada dua cara, yaitu dengan metode langsung (dengan kaca prnutup ataupun tidak dengan kaca penutup) dan meetode tidak langsung (dengan cara sedimentasi atau sentrifuge, cara flotasi dengan NaCl jenuh).
Salah satu metode pemeriksaan telur cacing selain dengan pemeriksaan tinja yang diagnosis, dapat pula dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut (berupa muntahan) ataupun kotoran atau tinja.

7.1 Pengobatan
           
Pengobatan dengan farmasi

Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, mebendazol,albendazol, piperasin

Pengobatan tradisional

Beberapa hasil studi terbaru dalam literature medis yang mengusulkan benihsemangka dan papaya yang dijemur dibawah terik matahari dapat mengurangiinfeksi cacing. Pada orang dewasa diberikan dosis satu sendok makan benih yangdicampur dengan gula dalam satu gelas air satu kali seminggu selama duaminggu. Gula memberikan rasa pahit yang bertindak sebagai obat pencuci perut.


BAB III
Penutup
A. Simpulan
Ascaris lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan cacing gelang merupakan salah satu cacing yang merugikan bagi manusiadari kelas Nematoda dalam Filum Nemathelminthes. Hospes parasit ini adalah manusia. Telur cacing Ascaris lumbricoides yang berada pada makanan ataupun tangan yang tidak bersih, akan masuk ke dalam tubuhdan tumbuh berkembang hingga dewasa di dalam usus manusia. Cacing Ascaris lumbricoides memiliki 2 stadium dalam perkembangannya, yaitu :
1. Telur : telur fertil, infertil dan yang telah mengalami dekortikasi
2. Bentuk dewasa.
Stadium telur spesies ini berbentuk bulat oval dan ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x 35 – 50 mikron. Telur Ascaris lumbricoides sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif tebal dengan bagian luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun atas tiga lapisan, yaitu :
a. Lapisan luar yang tebal dari bahan albuminoid yang bersifat impermiabel.
b. Lapisan tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk telur )
c. Lapisan paling dalam dari bahan vitelline bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis sel telurnya.
Di Indonesia prevalensi Ascariasis tinggi, frekuensinya antara 60% sampai 90% terutama terjadi pada anak-anak. Diagnosa pasti untuk Askarisasis yaitu dengan cara menemukan telur cacing dewasa pada feses. Pengobatan untuk seseorang yang mengidap penyakit cacingan Ascaris, dapat dilakukan pengobatan secara farmasi maupun tradisional.


B. Saran
  1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan).
  2. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
  3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
  4. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
  5. Bila sudah terjadi infeksi Ascaris lumbricoides maka penderita harus segera di beri obat cacingan atau segera di bawa ke dokter untuk tindakan lebih lanjut.
  6. Dan yang terpenting, jagalah higiene masing-masing personal serta sanitas lingkungan.


Daftar pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_tambang
http://www.scribd.com/search?cat=cacing+tambang&sq=Search#913
http://www.pdf-search-engine.com/cacing-tambang-pdf.html
http://www.scribd.com/doc/13758753/ASCARIS-LUMBRICOIDES
http://id.wikipedia.org/wiki/Askariasis
http://www.metapathogen.com/hookworm/humanhookworms/
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/ascariasis.htm
http://aditya-pandhu.blogspot.com/2010/04/ascaris-lumbricoides-cacing-perut.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Ascaris_lumbricoides
http://www.metapathogen.com/roundworm/




0 komentar:

Posting Komentar

 

welcome to micha's blog :) Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting